Surabaya, JATIMMEDIA.COM – Era modern saat ini, kehidupan serba praktis menjadi pilhan yang paling sering dilakukan. Salah satunya adalah penggunaan popok pada bayi dan anak-anak. Namun seringkali orang lupa bahwa penggunaan popok yang kurang mendapat perhatian bisa menimbulkan banyak hal yang tidak baik.
Seperti munculnya masalah ruam popok (diaper rash), yang bisa membuat bayi atau anak-anak merasa tidak nyaman, yang berdampak pada rewel, mengalami gangguan tidur dan pada akhirnya menjadikan orang tua kebingungan. Untuk itu, sebaiknya para orang tua mengetahui tentang berbagai aspek terkait ruam popok.

Apa itu ruam popok?
dr. Sawitri, SpKK (K), FINSDV dari Surabaya Skin Centre menjelaskan, ruam popok adalah kondisi kelainan pada kulit yang sering ditemukan, ditandai oleh munculnya peradangan akut pada area tertutup popok seorang bayi atau anak.
“Ruam popok umumnya disebabkan oleh adanya bahan iritan pada kulit, seperti air kencing, feses, enzimdarifeses, bahan popok, bahan pembersih juga akibat gesekan oleh popok,” jelasnya.
Masih menurut Sawitri, terdapat tiga tipe ruam popok yang umum ditemui, yaitu Dermatitis yang ditimbulkan oleh ruam popok adalah Dermatitis akibat gesekan oleh popok timbul pada area yang paling sering tergesek, termasuk paha bagian dalam, pantat, perut serta permukaan genitalia ( alatkelamin), berupa kemerahan.
Selain itu juga ada Dermatitis Kontak Iritan, yang biasanya terjadi pada bokong, tepi anus, area pubis, hingga perut bagian bawah juga paha atas. Pada kasus ringan, tampak kemerahan terlokalisir dengan sisik ringan. Jika lebih parah, bisa disertai adanya bintil-bintil kecil dan pada kasus yang berat, tampak bintil-bintil kecil, bintil bernanah, bahkan luka-luka.
“Sementara Kandidiasis popok adalah Dermatitis popok yang disertai jamur, ditandai ruam merah dengan tepi meninggi juga didapatkan bitnik-bintik kecil pada tepi luarnya (lesisatelit) yang sering kali meluas hingga lipatan kulit. Bahkan terkadang daerah tersebut tampak membasah,” lanjut dr. Sawitri.
Untuk itu, lanjut dr. Sawitri, perlu dipahami cara penanganannya untuk mengurangi keradangan, memperbaiki kondisi kulit. Dan beberapa cara pencegahan dan penanganan ruam popok ini, masih menurut dr. Sawitri, bisa dilakukan dengan menggunakan pendekatan ABCDE (Air, Barrier, Cleansing, Diapering, Education).
- A (Air) atau udara. Cara yang paling mudah, aman, efektif untuk mengurangi gesekan serta pengaruh bahan iritan adalah dengan melepas popok, membiarkan area popok terpapar udara selama mungkin.
- B (Barrier) atau penghalang. Barrier cream telah direkomendasikan sebagai bahan pelindung untuk mencegah ruam popok dan menghalangi kerusakan lebih lanjut bila ruam telah terjadi. Kebanyakan sediaan mengandung zinc oxide dan petrolatum yang berperan sebagai lapisan lemak pelindung guna mencegah paparan bahan iritan seperti air kencing , feses, sekaligus member kesempatan untuk penyembuhan kulit di bawahnya. Krim ini harus dioleskan secara tebal di bagian kulit yang rentan terpapar bahan iritan dan tidak boleh dihapus semuanya, setiap kali penggantian popok.
- C (Cleansing) atau pembersihan. Membersihkan area popok memakai tissue basah (diaper wipes), sama efektifnya dengan penggunaan kapas atau kain pembersih wash-cloth) serta air, tanpa menimbulkan efek yang tak diinginkan, namun tetap harus waspada, karena beberapa tissue basah (diaper wipes) mengandung parfum, alcohol dan bahan tertentu yang dapat menyebabkan iritasi atau allergi.
- D (Diapering) atau pemakaian popok. Akhir – akhir ini telah dikembangkan popok sekali pakai (disposable diaper) yang bertujuan membatasi kontak dengan bahan iritan, mencegah hidrasi berlebihan, mempertahankan kadar ph serta mencegah kerusakan sawar kulit.
- E (Education) atau edukasi. Orang tua atau pengasuh harus memperoleh pendidikan tentang perawatan kulit secara praktis dan higienis, khususnya di area popok . Sebelum dan sesudah mengganti popok, orang tua atau pengasuh harus mencuci tangan. Dan begitu basah, popok harus segera diganti
Bersih kan kulit dengan air hangat dan kain lembut atau tissue basah yang aman. Usap area kelamin dari arah depan kebelakang. Keringkan kulit atau biarkan terpapar udara selama mungkin.
Terlepas dari hal-hal tadi, dr. Sawitri tetap merekomendasikan untuk mengganti popok sesering mungkin, guna mengurangi waktu paparan dengan kelembaban dan bahan iritan, termasuk enzim dari feses.
“Sebaiknya penggantian popok dilakukan setiap 1 hingga 3 jam pada siang hari atau sesegera mungkin saat popok basah, dan pada malam hari, minimal 1 kali. Bahkan lebih sering, pada bayi yang baru lahir,” jelas dr. Sawitri.
Namun dr. Sawitri juga mengingatkan bahwa pada kasus yang parah atau tidak membaik dengan perawatan yang disarankan, bayi atau anak harus dibawa kedokter. (jm01)