Difi: Budaya Ngopi Banyak Manfaatnya

0
49
Difi: Budaya Ngopi Banyak Manfaatnya
Kepala perwakilan Bank Indonesia Prov. Jawa Timur (BI Jatim), Difi Ahmad Johansyah

Surabaya, JATIMMEDIA.COM – Ngopi ! Sudah bukan lagi sebagai kebiasaan biasa masyarakat Indonesia. Saat ini, bisnis kopi bukan lagi hanya sekedar bisnis F&B saja, namun lebih dari itu, sudah menjadi bisnis kreatif, bahkan jadi salah satu bisnis yang paling prospektif. Apalagi karena bisnis kopi sudah menjadi lifestyle atau gaya hidup

Hal ini diakui Kepala perwakilan Bank Indonesia Prov. Jawa Timur (BI Jatim), Difi Ahmad Johansyah, yang mengatakan bahwa bisnis kopi saat ini sudah menjadi bisnis yang memiliki potensi yang sangat besar. Apalagi ada berbagai macam kopi di Indonesia yang sangat kaya dan sesuai karakteristik daerah.

“Karena sudah menjadi bisnis yang prospektif, maka diharapkan akan semakin banyak anak muda di Indonesia yang terjun di bisnis ini, baik di sisi hulu sampai hilir, karena potensinya yang besar,” terang Difi di acara “Yuk kita ketemu ahlinya” dalam edisi Ngopi Vol. 5 “Bisnis Kopi Tetap Viral di New Normal, yang digelar secara virtual, Rabu (17/6/2020).

Difi juga menambahkan bahwa budaya ngopi juga bisa menjadi peluang untuk mengasah kreatifitas, keterampilan maupun pengetahuan. Karena sambil ngopi, banyak hal bisa dibicarakan dan di diskusikan, baik bicara soal bisnis, soal politik dan lainnya.

“Belumlagi penggemar kopi itu tidak ada batas usia. Apakah tua maupun muda, orang kampong atau orang kota, semua gemar minum kopi. Ini pula yang menyebabkan bisni kopi tak akan pernah mati,” pungkas Didi.

Selain Difi, dalam acara yang khusus membahas kopi ini juga hadir pembicara seperti; James Prananto, Co-Founder Kopi Kenangan; Omar Karim, Co Founder Dua Kopi;  dan Muhammad Aga, Barista & Founder Smith Coffee.

James Prananto yang dikenal dengan konsep kopi susu gula aren dan memiliki 350 gerai kopi kenangan ini mengatakan, bahwa untuk dapat terus bertahan di bisnis ini, perlu diperhatikan beberapa hal, diantaranya faktor lokasi yang harus mendekati masyarakat, khususnya di commercial areas, juga perlu diperhatikan pemilihan bahan baku yang berkualitas.

“Selain itu, dalam bisnsi ini juga diperlukan pula SOP untuk setiap pembuatan produk, kelengkapan toko hingga pelayanan, agar standar kualitasnya tetap bisa dipertahankan,” terangnya.

Di saat pandemi seperti ini, lanjut James, kunci untuk menjaring dan mempertahankan pelanggan adalah konsistensi produk dan layanan, serta harus memiliki keunikan produk tersendiri.

Sementara Omar Karim menjelaskan bahwa Dua Kopi yang dimilikinya lebih mengutamakan fungsi sosial melalui bisnis kopinya (sociopreneur), untuk dapat membantu banyak unit ekonomi, misalnya petani dan UMKM.

Dan cita-cita untuk membawa kearifan lokal kopi Indonesia ke luar negeri, juga berhasil dilakukanmeski tidak mudah. Karenanya ia selalu mengutamakan hospitality versi Dua Kopi yang melayani seperti di rumah sendiri.

“Ekspansi Dua Kopi di Amerika (US) bermula dari pameran kopi yang mendapatkan antusiasme dari masyarakat setempat. Dan melalui riset yang komprehensif mengenai lokasi, preferensi customer dan regulasi di US, akhirnya Dua Kopi bisa membuka cabang di Washington DC, yang direpresentasikan sebagai kedutaan casual untuk memperkenalkan Indonesia dan memberitakan Indonesia pada masyarakat US,” terang Omar.

Sedangkan Muhammad Aga yang memang ahlinya pengelola kopi yang sering disebut Barista, menjelaskan bahwa saat ini profesi barista tidak lagi dipandang sebelah mata dan bahkan jadi profesi nomor dua.

“Barista adalah aset dan menjadi frontliner dari setiap warung kopi, terusatam karena melalui product knowledge, serta kemampuannya untuk bisa membuat pelanggan menjadi loyal dan terus kembali untuk menikmati produknya,” ungkapnya. (JM01)