Surabaya, JATIMMEDIA.COM – Kesenian ludruk yang sering dinilai akan punah seiring dengan kemajuan jaman, sepertinya tidak akan terjadi. Hal ini diyakini Meimura, salah seorang seniman ludruk Surabaya.
Menurut Maimura, kesenian ludruk tidak akan punah karena sudah mulai banyak lembaga pendidikan yang mulai konsern terhadap kesenian ludruk dengan memberikan kegiatan ekstra kurikuler ludruk.
“Karena itu, kami akan memberikan penghargaan pada 16 SD negeri dan swasta di Surabaya yang memiliki ekstrakulikuler seni ludruk,” ucapnya di Kompleks Balai Pemuda Surabaya.

Dalam kesempatan itu juga, Maimura menjelaskan bahwa dirinya dan beberapa seniman ludruk mulai mengembangkan cerita-cerita ludruk dengan setting kekinia, dan bahkan menampilkan anak-anak dalam berkesenian ludruk.
“Seperti ludruk bertajuk “Lautku, Lautmu, Laut Kita” yang kita tampilkan kembali secara lengkap pada Sabtu (3/11/2018) ini, pemainnya didominasi anak-anak,” lanjut Maimura.
Pagelaran ludruk bertema “Lautku, Lautmu, Laut Kita” ini, masih menurut Maimura, sebenarnya sudah pernah ditampilkan di panggung Orasi Budaya yang diselenggarakan dalam rangka peringatan Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober lalu.
“Pertunjukan ludruk selama 90 menit yang ditampilkan kali ini, pementasannya dalam versi yang lengkap (90 menit, red) dengan 95 persen pemaninnya adalah anak-anak dan dipentaskan di Balai Budaya, Kompleks Balai Pemuda Surabaya,” tegas Meimura, yang juga menjadi penulis cerita sekaligus sutradara ludruk dalam cerita Lautku, Lautmu, Laut Kita ini.
Mengenai tema cerita yang berlatarbelakang laut ini menurut Maimura, memang sengaja diciptakan karena ia ingin ada perubahan dalam pakem ludruk yang cenderung selalu bercerita tentang daratan.
“Selama ini cerita ludruk hanya bertutur soal daratan. Padahal negeri ini dikelilingi oleh laut. Karena itu dalam cerita kali ini saya lebih mengeksplorasi kekayaan laut Tanah Air yang selama ini tak pernah diangkat ke panggung ludruk,” tuturnya. (jm01)