Surabaya, JATIMMEDIA.COM – Pada tahun 2023 PT Suparma Tbk (Suparma) menghadapi beberapa tantangan ekonomi global, dimana salah satu di antaranya adalah turunnya harga komoditas yang berdampak pada penurunan harga jual rata-rata produk Duplex Suparma sebesar 30%, padahal produk Duplex memiliki kontribusi sekitar 39% terhadap kuantitas penjualan produk kertas Suparma.
Kuantitas penjualan produk Duplex yang relatif tidak mengalami perubahan namun mengalami penurunan harga jual ini, menyebabkan turunnya harga jual rata-rata produk kertas Suparma sebesar 18,1% dibandingkan harga jual rata-ratanya di tahun 2022 dan turunnya penjualan Suparma sebesar 15,3% menjadi sebesar Rp 2.658,5 miliar. Sedangkan kuantitas penjualan produk kertas Suparma selama tahun 2023 masih mengalami sedikit pertumbuhan sebesar 3,9% atau mencapai 220,4 ribu MT.
Turunnya penjualan yang melebihi penurunan beban pokok penjualan menyebabkan Suparma membukukan penurunan laba kotor sebesar 34,5% dari semula Rp 718,8 miliar di tahun 2022 menjadi Rp 470,6 miliar di tahun 2023, sehingga marjin laba kotor tahun 2023 mengalami penurunan menjadi 17,7% dari semula 22,9% di tahun 2022.
Direktur Suparma, Hendro Luhur mengungkapkan, meski mengalami penurunan laba kotor, namu sesuai hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada tanggal 14 Juni 2024 ini, Suparma akan membagikan dividen tunai kepada para pemegang saham sebesar Rp 12,- per saham atau sebesar Rp 37.849.106.592.
“Nilai ini setara dengan 21% dari laba bersih tahun 2023,” ujarnya seusai acara RUPS di Surabaya, Jumat (14/6/2024).
Sepanjang tahun 2023, lanjut Hendro, beban operasional yang terdiri dari beban penjualan dan beban umum dan administrasi mengalami kenaikan masing-masing sebesar 9,2% dan 16,0%. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh naiknya beban ekspor dan pengangkutan di beban penjualan sebesar 5,9% serta meningkatnya gaji dan upah sebesar 9,3% di beban umum dan administrasi.
BACA JUGA : BPJS Kesehatan Surabaya Lakukan Sinergi Dengan Kejaksaan untuk Tingkatkan Kualitas Layanan…
“Kenaikan beban operasional tersebut menyebabkan laba sebelum taksiran beban pajak, laba tahun berjalan dan laba komprehensif tahun berjalan Suparma mengalami penurunan masing-masing menjadi sebesar Rp 237,8 miliar, Rp 178,7 miliar dan Rp 173,1 miliar atau masing-masing menurun 44,9%, 46,8% dan 47,7%,” tambahnya.
Penjualan Bersih Periode 5 Bulan 2024 Capai 33,9% dari Target
Penjualan bersih Suparma untuk periode lima bulan pada tahun 2024 tercatat sebesar Rp 1.050,6 miliar atau setara dengan 33,9% dari target penjualan bersih Suparma tahun 2024 yang sebesar Rp 3.100 miliar. Kuantitas penjualan kertas Suparma sebesar 86.974 MT atau setara dengan 33,8% dari target kuantitas penjualan produk kertas tahun 2024 yang sebesar 257.517 MT.
“Sedangkan untuk hasil produksi kertas pada periode lima bulan tahun 2024 sebesar 88.331 MT atau setara dengan 33,7% dari target produksi kertas tahun 2024 yang sebesar 261.804 MT,” terang Hendro Luhur.
Investasi Steam Boiler
Di tahun 2024 Suparma melakukan belanja modal dengan anggaran kurang lebih USD 10 juta untuk pembelian Steam Boiler baru yang lebih ramah lingkungan dibandingan Steam Boiler yang sudah ada. Steam Boiler baru tersebut akan meningkatkan kapasitas keluaran steam yang digunakan untuk proses pengeringan kertas sebesar 16% dari semula 155 Ton/hari menjadi 180 Ton/hari.
BACA JUGA : Begini Cara Memilih Hewan Kurban Yang Sehat dan Baik
Steam Boiler yang baru lebih ramah lingkungan karerna ditunjang dengan spesifikasi penggunaan bahan baku batu bara sebesar 25% atau sekitar 60% lebih rendah dibandingkan Steam Boiler Suparma yang sudah ada, serta sisanya memanfaatkan limbah plastik dan limbah kayu untuk diubah menjadi energi panas.
“Hingga Mei 2024 realisasi anggaran tersebut telah mencapai USD 7,1 juta dan diperkirakan Steam Boiler baru tersebut akan beroperasi di Triwulan IV tahun ini,” ujar Hendro. (JM01)