
Selain pembagian dividen, pemegang saham menyetujui penambahan tiga kegiatan usaha baru yang berorientasi pada keberlanjutan dan sejalan dengan upaya efisiensi energi dan pengurangan dampak lingkungan. Ketiga kegiatan usaha tersebut meliputi:
- Produksi dan Penjualan Batako: Memanfaatkan limbah batu bara berupa Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) dari power plant internal sebagai bahan baku utama pembuatan batako.
 - Industri Kimia Dasar (Soda Plant): Membangun Soda Plant (KBLI 20111) untuk integrasi vertikal. Ekspansi ini akan menghasilkan serat kertas yang lebih bersih dan berkualitas tinggi.
 - Pengolahan Sampah untuk Bahan Bakar Alternatif (RDF): Mengolah sampah menjadi Refused Derived Fuel (RDF) sebagai pengganti batu bara. Penggunaan RDF menawarkan manfaat signifikan berupa penghematan biaya energi, emisi karbon yang lebih rendah, dan solusi untuk pengurangan volume sampah di TPA.
 
Langkah ekspansi ini didukung oleh investasi Perseroan dalam peningkatan efisiensi dan kapasitas. Sejak Januari 2025, SPMA telah mengoperasikan Steam Boiler baru dengan anggaran sekitar USD 10 juta yang didanai secara internal.
Keunggulan Steam Boiler baru ini adalah penggunaannya yang lebih ramah lingkungan, di mana hanya menggunakan 25% batu bara (sekitar 60% lebih rendah dari boiler lama), dan sisanya memanfaatkan sludge, limbah plastik, serta limbah kayu.
Selain itu, Perseroan juga tengah merealisasikan investasi Paper Machine No. 11 (PM XI) untuk memproduksi Tissue dengan anggaran belanja modal sekitar USD 23 juta dan menambah kapasitas terpasang sebesar ± 27.000 MT.
Terkait kinerja, hingga kuartal III 2025 (30 September 2025), Perseroan mencatat sedikit kenaikan Penjualan Bersih sebesar 1,4% (menjadi Rp 1.990 miliar), didorong oleh peningkatan kuantitas produksi kertas sebesar 5,2% (menjadi 172.054 MT). Meskipun demikian, laba periode berjalan turun sebesar 40,4% menjadi Rp 68,4 miliar, yang terutama disebabkan oleh kerugian selisih kurs (non-kas) sebesar Rp 19,6 miliar akibat melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS dari Rp 15.138/USD menjadi Rp 16.680/USD dalam periode tersebut.
“Kami berharap penambahan kegiatan usaha baru ini akan memberikan dampak positif bagi kelangsungan usaha PT Suparma dan memberikan nilai tambah yang lebih besar bagi pemegang saham dalam jangka panjang,” tutup Hendro Luhur. (JM02)
            
		













