Ini Empat Aspek Penting Agar Isoman Tetap Aman dan Nyaman

0
104
Ini Empat Aspek Penting Agar Isoman Tetap Aman dan Nyaman
dr. Arief Bakhtiar, Sp.P., Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi (Paru) sekaligus Dosen Fakultas Kedokteran UNAIR

Surabaya, JATIMMEDIA.COM – Meningkatnya jumlah pasien positif Covid-19 membuat ruang isolasi di banyak rumah sakit penuh. Alhasil tak sedikit pasien yang melakukan isolasi mandiri (isoman) di tempat tinggal mereka.

Seperti diketahui, isoman dilakukan selama 7 sampai 10 hari untuk mereka yang tidak bergejala. Serta 14 hari bagi yang bergejala ringan, dengan catatan 3 hari terakhir sudah tidak ada gejala yang muncul. Lalu bagaimana sebaiknya isolasi mandiri dilakukan?

Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (UNAIR) dr. Arief Bakhtiar, Sp.P. mengatakan, setidaknya ada empat hal yang semestinya dipenuhi selama isoman, diantaranya:

  • Rutin Lakukan Evaluasi

Arief menjelaskan bahwa evaluasi sangat penting dilakukan selama menjalani isoman. Evaluasi dapat dilakukan dengan memantau suhu badan. Serta rutin mengukur saturasi oksigen pada pasien.

“Jika dalam 2 sampai 3 hari kedepan gejalanya semakin memburuk, ya isolasi mandirinya jangan dilanjutkan, segera ke rumah sakit,” tandas Arief.

  • Sediakan Fasilitas Mumpuni

Agar tempat tinggal atau rumah dalam kondisi mumpuni selama isoman, lanjut Arief, setidaknya ada kamar tersendiri bagi pasien isoman.

“Lebih baik lagi jika ada 2 kamar mandi, sehingga salah satunya dapat digunakan khusus untuk pasien yang sakit,” tuturnya.

Baca juga : Wagub Emil Dampingi Menko PMK Pantau Ketersediaan Obat dan Tabung Oksigen…

Selain itu, kata Arief, idealnya ruang isoman memiliki ventilasi yang baik seperti jendela. Semenara ruangan tertutup ber-AC justru akan semakin menambah konsentrasi virus di udara.

  • Selalu Terapkan Protokol Kesehatan

Selama masa isoman semua anggota rumah wajib menjalankan prokes dengan ketat. Termasuk selalu memakai masker.

Bahkan selain masker, disinfeksi juga perlu dilakukan pada tempat-tempat yang sering disentuh, seperti pintu; pagar; dan meja. Untuk makan, sambungnya, lebih baik diantar. Ia juga menyarankan untuk menggunakan alat makan sekali pakai.

Jika pasien isoman adalah orang tua, maka kemungkinan perlu perawatan dari orang lain. Ia menyarankan agar yang merawat adalah orang yang betul-betul sehat.

“Karena si perawat ini sudah termasuk dalam orang-orang yang kontak berat, maka harus menjalani proses isolasi juga,” tekannya.

  • Kontak Fasilitas Medis

Terakhir, sebelum isoman, pastikan pasien atau keluarga memiliki kontak dengan tenaga medis atau fasilitas kesehatan. Tujuannya, jika sewaktu-waktu keadaan pasien memburuk, dapat melakukan konsultasi dengan pihak medis.

Baca juga : Vaksinasi Presisi Door to Door Hari ini Dilaunching

Di sisi lain, Arief mengatakan, isoman bukan berarti benar-benar terisolasi. Tatap muka dengan anggota keluarga masih bisa dilakukan. Namun, jaraknya harus tetap berjauhan tidak kurang dari 2 meter.

“Penting untuk disadari bahwa jangan memaksakan isolasi mandiri. Jika ada perburukan, ya sudah, harus ke rumah sakit atau usahakan ada pertolongan dari pihak medis,” pungkasnya. (JM01)