Katirah : Sakit itu Bukan Pilihan, Tapi Sehat itu Pilihan

0
79
Katirah : Sakit itu Bukan Pilihan, Tapi Sehat itu Pilihan
Katirah : Sakit itu Bukan Pilihan, Tapi Sehat itu Pilihan

Surabaya, JATIMMEDIA.COM – Sakit tentu bukan pilihan. Tapi sehat, itu pilihan. Kira-kira begitulah pandangan yang dianut Katirah (60), peserta BPJS kesehatan mandiri, segmen Peserta Bukan Penerima Upah (PBPU) kelas 3 dengan pilihan fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) Puskesmas Keputih Kota Surabaya.

Katirah, warga Medokan Semampir, Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur, yang divonis dokter menderita asma atau sesak napas, pada tahun 2014 lalu, ketika memeriksakan kesehatannya ke dokter, mendapat saran untuk segera mengurus dan mendaftar sebagai anggota Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN – KIS), agar biaya pengobatan bisa ditanggung Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, mengingat kondisi ekonominya yang tergolong lemah.

“Saat itu (tahun 2014), salah satu dokter di RS Haji Sukolilo menyarankan pada suami saya, supaya kami sekeluarga, terutama saya sendiri yang waktu itu sedang sakit dan masih menjalani rawat jalan, agar secepatnya mendaftar sebagai anggota JKN–KIS,” ujar perempuan yang berasal dari Randublatung, Blora, Jawa Tengah tersebut.

Karena merasa dengan menjadi peserta JKN–KIS akan meringankan pembiayaan dia dalam berobat, maka akhirnya Katirah beserta suami dan anaknya yang hanya tinggal satu orang resmi mendaftar sebagai peserta JKN–KIS.

Baca juga : Di era Covid-19, Layanan online BPJS Kesehatan Menjadi Pilihan Terbaik

“Sakit itu bukan pilihan, tapi sehat itu pilihan kita. Karena itulah saya sekeluarga memilih untuk menjadi peserta BPJS Kesehatan,” lanjut Katirah.

Pilihan Katirah untuk menjadi peserta JKN–KIS ternyata tepat, karena sakit yang dideritanya membutuhkan waktu untuk sering-sering berobat.

Dan seiring berjalannya waktu, Katirah merasakan betul bahwa pilihannya tidak salah, karena ia telah menggunakan kartu KIS-nya berobat secara terus menerus dalam waktu panjang.

See also  HUT Kota Surabaya Ke 728, Gubernur Khofifah : Terus Jadi Kebanggaan Jawa Timur dan Indonesia

”Penyakit saya ini menyebabkan saya sering harus berobat. Jadi keluar masuk rumah sakit dan bahkan rawat inap itu sudah tidak bisa dihitung lagi. Tigang dinten, limang dinten, pitung dinten, sampek sepuluh dinten (tiga hari, lima hari, tujuh hari sampai sepuluh hari, red), sudah tidak bisa saya hitung lagi kalau bicara ngamar (rawat inap, red),” jelasnya.

Belum lagi kalau dihitung dengan perjalanan rawat jalan bolak balik ke Puskesmas dan ke Rumah Sakit Haji Sukolilo.

Baca juga : PPKM Level 4 Dilanjut, Pengaturan Aktivitas dan Mobilitas Masyarakat Tergantung Daerah

“Tapi semua ini tidak mengganggu ekonomi keluarga kami karena semua biaya ditanggung BPJS Kesehatan karena saya selalu memakai kartu sakti ini,” ujar Katirah sambil menunjukkan kartu BPJS Kesehatannya.

Setelah berobat sekitar 4 tahun, sejak tahun 2018 akhir, Katirag menegaskan bahwa dirinya sudah sudah semakin sehat, dengan catatan tetap kontrol rutin dan mengkonsumsi obat-obatan yang telah dijamin oleh BPJS Kesehatan.

”Prosedurnya juga sederhana kok pak. Waktu daftar di Puskemas dan di RS, biasa oleh petugas loket, hanya diminta kartu JKN-KIS dan KTP. Setelah itu menunggu diruang tunggu lalu kemudian dipanggil untuk diperiksa dokter. Selanjutnya apabila harus rawat inap, petugas administrasi rumah sakit, maringi (memberikan, red) surat satu lembar yang bertuliskan JKN,” paparnya.

Katirah juga berharap pada masa pandemi Covid-19 sekarang ini, dia terus diberi kesehatan dan tidak ingin sakit. Dan kini ia hanya berkunjung ke Puskesmas Keputih jika obat obatan yang dikonsumsinya akan habis.

”Lambat laun sesak napas saya berangsur mereda. Sepertinya napas saya saat ini sudah normal kembali. Tentu saya tidak ingin sakit lagi. Karena itu saya memilih untuk tetap sehat dan rutin minum obat, cukup minum air, juga menjaga pola makan serta berolah raga,” ujar ibu yang suaminya bekerja sebagai penarik becak ini.

See also  Gubernur Khofifah Pastikan Isoter di Surabaya Siap Hadapi Lonjakan Pasien Covid-19

Baca juga : Semarakkan HUT Ke-76 Kemerdekaan RI, KAI Hadirkan Livery Khusus

Selain bersyukur dan juga berterima kasih pada BPJS Kesehatan, Katirah juga menegaskan bahwa selama berobat yang keseluruhan ditanggung atau gratsi, ia juga tidak diperlakukan seenaknya oleh RS.

“Banyak cerita pasien BPJS itu diperlakukan seenaknya atau disepelekan kata orang-orang yang mungkin pernah dibegitukan. Tapi bagi saya pribadi, semua perlakuan yang saya dapat sangat baik. Para medis, dari dokter dan perawat melayani kami sepenuh hati,” pungkasnya. (JM01)