
Pengembangan skema communal branding ini, lanjut Khofifah, kedepannya bisa dikembangkan sektor-sektor lainnya seperti industri pengecoran dan kerajinan logam serta kerajinan kayu. Contohnya seperti terakota, gerabah, dan produk lukisan.
“Untuk perdana masih komoditas kopi, tapi selanjutnya akan dikembangkan untuk komoditas lain seperti produk perikanan, perkebunan, bahkan fashion hingga produk kuliner,” katanya.
Baca juga : Peringati Hari Listrik Nasional, Jatim Pecahkan Rekor MURI Konvoi 1.300 Kendaraan…
Untuk itu, berbagai upaya dalam melakukan communal branding ini terus dilakukan. Caranya dengan melakukan pemetaan baik potensi produk, kesiapan pelaku UMKM, sampai target market atau pasarnya. Tentunya komoditas tersebut harus memiliki potensi baik dari sisi produksi dan pasar. Terutama untuk komoditi yang memiliki pasar luas di luar negeri.
“Dari sisi merek akan terus dikawal, baik yang sudah ada maupun yang baru, dengan membangun dialog dan kesepakatan antar pelaku. Dengan communal branding, maka perencanaan produksi menjadi lebih terarah karena market sinyalnya telah ada sehingga alokasi sumberdaya menjadi lebih efisien,” katanya.
Lebih lanjut, orang nomor satu di Jatim ini menyebut, kolaborasi dan sinergi berbagai pihak menjadi salah satu kunci dalam mendukung keberhasilan pengembangan berbagai produk unggulan di Jatim. Baik di sektor pertanian, perkebunan, UMKM, dan sektor lainnya.
Dimana kolaborasi dan sinergi Pentahelix dan kolaborasi teknis diperlukan untuk terus mendampingi dan mengawal mulai peningkatan kualitas produksi, pembentukan dan penguatan kelembagaan, hingga menjaga kontinyuitas dan pengembangannya.
“Semoga ikhtiar Pemprov Jatim ini dapat mendorong Koperasi UKM dapat naik kelas dan go global. Sehingga mampu meningkatkan akses pasar dan kemandirian usaha, serta semakin memperluas pasar ekspor guna memandirikan masyarakat Jawa Timur,” pungkasnya.
Baca juga : Presiden Jokowi Luncurkan Platform Digital Jagat Nusantara
Sebagai informasi, Jatim merupakan produsen kopi terbesar kelima di Indonesia setelah Sumatera Selatan, Lampung, Sumatera Utara, dan Aceh. Jumlah produksi kopi Jatim mencapai 9,7 persen dari total kopi Indonesia dari luas tanam perkebunan pada 2021 seluas 113,470 hektare dengan produksi 69.570 ton.
Bahkan, data Gabungan Eksportir Kopi Indonesia (GAEKI) menyebutkan, ekspor kopi Jatim sepanjang Januari—Juli 2021 secara volume telah mencapai 44.992 ton dengan nilai 90,29 juta US Dolar. Dari total ekspor tersebut, sebanyak 1.805 ton di antaranya merupakan kopi jenis Arabika, 30.832 ton jenis Robusta, dan sebanyak 12.283 ton merupakan kopi olahan. (JM01)