Amalia : Tanpa BPJS Kesehatan, Apa Yang Akan Terjadi Pada Anak Saya?

0
77
Tanpa BPJS Kesehatan, Apa Yang Akan Terjadi Pada Anak Saya?
Muhammad Farrosy (14 th)

Surabaya, JATIMMEDIA.COM – Tak ada orang tua yang ingin anaknya sakit atau menderita karena sebuah penyakit. Namun tergadang, takdir berbicara lain, sehingga dibutuhkan ketabahan dan kebesaran hati orang tua yang harus berusaha sekuat tenaga untuk bisa menyembuhkan anak tercinta.

Ini pula yang dilakukan ibu Amalia (37 th) yang berdomisi di jalan Ampel Kembang Surabaya, yang harus berjuang demi anak tercintanya Muhammad Farrosy (14 th) yang menderita penyakit Hemofilia.

Ibu Amalia mengetahui anaknya menderita hemofilia pada usia anak 3 tahun, ketika Farrosy bermain lompat-lompat di kasur kemudian lututnya bengkak dan tidak bisa digerakkan. Dan setelah di bawa ke rumah sakit, dan dilakukan pemeriksaan darah, ternyata di ketahui bahwa Farrosy menderita hemofilia.

Baca juga : BPJS Kesehatan Bantu Angkat Tumor Mahmudah, Ini ceritanya….

“Sebenarnya waktu masih belajar merangkak dulu, lutut anak saya selalu biru-biru dan sama dokter disarankan untuk periksa darah, tapi tidak saya lakukan. Baru pada usia 3 tahun itulah saya periksakan dan ternyata anak saya menderita hemofilia,” terangnya pada jatimmedia.com, Selasa (17/11/2020).

Diketahui, Hemofilia merupakan gangguan pada sistem pembekuaan darah, sehingga membuat tubuh kekurangan protein yang dibutuhkan dalam proses pembekuaan darah. Protein ini lazim disebut faktor pembekuan.

Artinya, ketika seseorang penderita hemofilia mengalami luka, maka perdarahannya bisa berlangsung lebih lama bila dibandingkan dengan kondisi tubuh normal. Di samping itu, gejala hemofilia juga bisa ditandai dengan kulit yang mudah memar, perdarahan di area sekitar sendi, dan kesemutan atau rasa serta rasa nyeri ringan pada siku, lutut, dan pergelangan kaki.

Amalia juga menjelaskan bahwa sejak saat itu (usia anak 3 tahun, red), maka ia harus selalu berhubungan dengan RS untuk memberikan terapi suntik untuk penyakit anaknya.

See also  Gubernur Khofifah Lepas Parade VW Sumpah Pemuda Se-Jawa Bali di Blitar

Baca juga : BPJS Kesehatan Terus Maksimalkan Penggunaan Autodebit

“Sebelum ada BPJS Kesehatan, saya harus menggunakan surat keterangan tidak mampu (SKTM) untuk berobat anak saya karena biayanya besar sekali. Sekali suntik “faktor 8” itu biayanya sekitar Rp 6.250.000,” tambahnya.

Sejak ada program BPJS sekitar tahun 2014, Amalia langsung menjadi peserta mandiri hungga sekarang, sehingga semua biaya untuk pengobatan anaknya dicover BPJS Kesehatan.

“Jadi bisa dibayangkan mas, kalau gak ada BPJS, apa yang terjadi pada anak saya karena setiap minggu sekali harus suntik faktor 8 yang harganya sekali suntik Rp 6 juta lebih. Tapi berkat BPJS, saya tidak perlu mengeluarkan biaya sama sekali,” lanjut Amalia.

Proses pengobatan jalan anakkya di RS Haji Sukolilo inipun, menurut Amalia, sejauh ini tidak ada masalah. Perlakuan RS juga tidak membeda-bedakan dengan pasien bukan BPJS.

“Pelayanannya baik dan gak ada perbedaan. Ini saya rasakan benar. Karena sebelum ini saya peserta BPJS kelas 1 yang kemudian turun menjadi kelas 3. Tidak ada perbedaan pelayanan dan obatnya kok. Hanya kamar aja berbeda kalau rawat inap,” tambahnya.

Karena sudah merasakan manfaat BPJS Kesehatan, Amalia juga menyarankan agar masyarakat yang belum ikut BPJS segera ikut karena sangat membantu.

Baca juga : Berkat BPJS Kesehatan, Operasi 3 kali Tidak Masalah

“Untuk masyarakat yang belum menjadi peserta BPJS saya sarankan untuk segera daftar. Saya sudah merasakan manfaatnya. Bayangkan saja, anak saya harus suntik faktor 8 setiap minggu dengan biaya Rp 6,25 juta. Kalau sebulan itu sudah Rp 25 juta. Jadi sudah berapa yang harus saya keluarkan kalau selama sekian tahun anak saya harus rutin disuntik?,” ujar Amalia.

See also  KAI Daop 8 Surabaya Buka Pemesanan Tiket KA Lebaran

Amalia juga berharap apa yang sudah dilakukan BPJS bisa terus dipertahankan dan jangan ada fasilitas yang dikurangi.

“Jangan sampai ada penyakit yang dulunya di cover BPJS, terus berubah jadi tidak ditanggung BPJS. Tentu ini akan memberatkan masyarakat yang mengalami sakit tersebut,” tambahnya.

Sedang mengenai besarnya iuran, Amalia menilai tidak ada masalah karena sangat jauh bila dibandingkan dengan saat membutuhkan pengobatan.

“Untuk iuran besarnya gak masalah. Karena dibandingkan dengan biaya pengobatan anak saya aja, maka iuran yang saya bayarkan selam ini gak ada apa-apanya dibanding biaya yang harus dikeluarkan untuk pengobatan anak saya. Terima kasih BPJS,” pungka Amalia. (JM01)