Surabaya, JATIMMEDIA.COM – Pameran Industri Tembakau Internasional atau World Tobacco Asia (WTA) & World Vape Show (WVS) 2024 yang akan diselenggaran pada 9-10 Oktober mendatang di Convex Convention Hall Grand City Surabaya, mendapat kecaman dan penolakan keras dari berbagai kalangan.
Hal ini juga dilakukan Research Group Tobacco Control (RGTC) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (FKM Unair) bersama aktivis, mahasiswa hingga Forum Anak Jawa Timur yang melakukan penolakan melalui forum bertema “Lindungi Anak Sebagai Generasi Masa Depan Dari Ancaman Bahaya Asap Rokok”.
Prof. Dr. Santi Martini, dr., M.Kes. Ketua RGTC FKM Unair sekaligus Dekan FKM Unair, menegaskan, WTA dan WVS serta pameran lainnya yang serupa di level nasional maupun internasional jelas akan mencoreng nama baik Kota Surabaya sebagai Kota Layak Anak.
“Bukan hanya mempromosikan produk rokok maupun alat penunjang lainnya, pameran WTA pasti akan menjadi gerbang peningkatan produksi dan pemasaran rokok khususnya di Indonesia,” tegasnya di Surabaya, Kamis (8/8/2024).
WTA, lanjutnya, akan menjadi wadah para industri tembakau untuk mengembangkan kualitas produksinya. Dan juga memberikan ruang bagi promosi produk tembakau yang dapat menghambat langkah-langkah pengendalian tembakau yang telah diterapkan.
“Bukankah semangat Indonesia adalah untuk menurunkan dampak akibat rokok?” ucapnya,
Sementara Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat (IAKMI) Jawa Timur Dr. Sri Widati, S.Sos., M.Si. mengatakan bahwa pameran WTA ini, akan sangat mencoreng nama baik Surabaya yang sudah berhasil meraih penghargaan Kota Layak Anak (KLA) yang disandang oleh kota Surabaya.
“Surabaya telah berhasil meraih penghargaan Kota Layak Anak (KLA) Tahun 2023 Kategori Utama keenam kali berturut-turut dengan nilai tertinggi se-Indonesia. Masak iya, prestasi seperti ini akan di sia-siakan begitu saja dengan mengijinkan digelarnya pameran WTA dan WVS di Surabaya?,” ujarnya
BACA JUGA : Festival Dewi Cemara dan Pekan Kebudayaan Daerah 2024 untuk Tumbuhkan Perekonomian…
Kota Surabaya, menurut Dr. Sri Widati, memahami betul terkait dengan pentingnya hak dan perlindungan anak. Dimana salah satu indikator Kota Layak Anak adalah pemenuhan kesehatan dasar dan kesejahteraan. Salah satu komponennya adalah Iklan, Promosi dan Sponsor rokok serta terselenggaranya Kawasan Tanpa Rokok.
Diketahui, berdasarkan pengamatan pada laman resmi penyelenggara, hanya sebanyak 25% dari total stakeholder atau perusahaan yang mengikuti WTA dan WVS merupakan perusahaan asal Indonesia, sedangkan sisanya adalah perusahaan asing. Hal ini menunjukkan dominasi industri rokok asing yang sangat kuat dalam acara tersebut, dengan banyak dari mereka berambisi untuk melakukan ekspansi pasar ke Indonesia.
“Keikutsertaan perusahaan-perusahaan asing ini mengindikasikan ketertarikan besar terhadap pasar tembakau di Indonesia yang dinilai ‘potensial’, serta menggambarkan ancaman serius bagi kesehatan masyarakat Indonesia akibat meningkatnya penetrasi produk tembakau dari luar negeri,” tambah Prof. Dr. Santi Martini.
BACA JUGA : Ini Manfaat Luar Biasa Vitamin E untuk Kesehatan Anda
Jadi menuurutnya, jelas kehadiran acara ini bertentangan dengan upaya keras pemerintah, berbagai lembaga kesehatan, dan organisasi masyarakat sipil yang terus berjuang untuk mengurangi dampak negatif tembakau di Indonesia. (JM01)