Jakarta, JATIMMEDIA.COM – Sebagai bank syariah terbesar di Indonesia, PT Bank Syariah Mandiri (Mandiri Syariah) berkomitmen untuk terus meningkatkan literasi perbankan syariah, serta terus mengembangkan inovasi layanan dan produk digital. Hal ini diyakini merupakan salah satu upaya mendukung perkembangan ekonomi syariah di Indonesia.
Faktanya, keuangan dan perbankan syariah terbukti dapat bertahan di tengah situasi pandemi Covid19. Ini membuktikan bahwa perbankan syariah bisa menjadi penopang ekonomi nasional bersama dengan perbankan konvensional.
Saat ini perbankan syariah masih memiliki potensi yang lebih besar di Indonesia. Indeks literasi bank syariah sebesar 8,11%, sedangkan indeks inklusi sebesar 11,06%. Sementara itu, indeks literasi bank nasional sebesar 29,66%, sedangkan indeks inklusi 67,82%. Di sisi lain, market share perbankan syariah terus menunjukkan peningkatan, yakni dari sebesar 5,78% pada 2017 menjadi 6,18% pada Juni 2020.
Karena itu, peningkatan literasi perbankan syariah menjadi tantangan bagi Mandiri Syariah di masa pandemi ini. Peningkatan literasi ini diharapkan akan berbanding lurus dengan inklusi perbankan syariah kedepannya.
![Toni E.B. Subari, Dirut Mandiri Syariah yang juga Ketua Umum Perkumpulan Bank Syariah Indonesia (Asbisindo)](https://i0.wp.com/www.jatimmedia.com/wp-content/uploads/2020/09/thumbnail-7.jpg?resize=696%2C464&ssl=1)
Ketua Umum Perkumpulan Bank Syariah Indonesia (Asbisindo), Toni E.B. Subari menjelaskan, perbankan syariah di Indonesia saat ini terus berkembang dan menunjukkan pertumbuhan. Hal ini tercermin dari persentase pertumbuhan perbankan syariah, baik dari aset, pembiayaan, maupun DPK, lebih tinggi dari perbankan konvensional maupun perbankan nasional.
“Satu kuncian yang saat ini menjadi semakin penting adalah digitalisasi perbankan syariah. Kondisi pandemi Covid-19 menjadi momentum untuk berinovasi sekaligus mengoptimalkan teknologi digital. Apalagi saat ini, platform perbankan digital menjadi channel utama untuk nasabah bertransaksi sehari-hari,” kata Toni, saat workshop virtual dengan jurnalis nasional dan daerah, Jumat (25/9/2020).
Toni juga menambahkan, usia perbankan syariah masih relatif muda dan memiliki potensi yang sangat besar, mengingat Indonesia memiliki penduduk muslim yang sangat besar.
“Intinya adalah penguatan SDM, penguatan kemampuan untuk menarik investasi atau modal di market, penguatan teknologi sebagi core banking dan tentu saja literasi yang lebih mendalam ke pasar,” ujar Toni yang juga menjabat sebagai Dirut Mandiri Syariah.
Sejalan dengan penjelasan Toni, Direktur IT, Operations & Digital Banking Mandiri Syariah, Achmad Syafii menambahkan, Mandiri Syariah terus menjalankan proses digitalisasi produk dengan fokus kepada customer (customer centric) untuk memenuhi kebutuhan nasabah terlebih di tengah situasi pandemi covid19.
“Kami gencar melakukan transformasi layanan digital dan mengimplementasikan dalam aplikasi Mandiri Syariah Mobile, Net Banking, maupun layanan digital branch. Semua ini fokusnya adalah memberikan solusi dan kemudahan bagi nasabah,” terangnya.
Syafii juga menjelaskan bahwa layanan seperti buka rekening online, tarik tunai tanpa kartu ATM, layanan interaktif virtual Aisyah yang dapat diakses 24/7, adalah layanan digital yang baru dimiliki Mandiri Syariah hingga saat ini.
Sementara Toni juga menjelaskan, selain digitalisasi, kunci dari perkembangan Perbankan Syariah adalah bagaimana masing-masing perbankan syariah bisa berfokus pada strategi yang customer-centric dan terus berupaya untuk memenuhi kebutuhan nasabah dan tentu berijtihad dengan tetap mengikuti Maqashid Syariah.
“Mandiri Syariah telah membuktikan bahwa digitalisasi dan fokus customer-centric bisa menopang kinerja, terlebih pada saat pandemi Covid-19 yang tengah berlangsung seperti saat ini,” pungkas Toni. (JM01)