Surabaya, JATIMMEDIA.COM – Kinerja bisnis dan keuangan Grup Astra (Grup) sangat terdampak secara signifikan akibat pandemi Covid-19, terutama pada kuartal kedua. Langkah-langkah penanggulangan pandemi yang diterapkan di sebagian besar wilayah Indonesia telah berdampak kepada operasi Grup secara substansial, termasuk penutupan sementara kegiatan manufaktur dan distribusi otomotif, serta terdapat peningkatan secara signifikan jumlah pinjaman yang direstrukturisasi dalam bisnis jasa keuangan Grup.
Selain itu, penurunan harga batu bara menekan bisnis alat berat, kontraktor penambangan, dan pertambangan. Pandemi ini, dan langkah-langkah yang diambil untuk mengendalikan dampaknya, diperkirakan akan terus memengaruhi kinerja hingga akhir tahun.
Presiden Direktur Astra International, Djony Bunarto Tjondro mengatakan, selama masa yang penuh tantangan ini dengan gangguan bisnis dan ketidakpastian, Grup Astra fokus secara khusus pada pengurangan biaya operasional dan belanja modal, pengelolaan modal kerja, dan kepastian likuiditas.
“Neraca keuangan Grup tetap kuat dengan tersedianya komitmen fasilitas pinjaman senilai Rp 38,6 triliun, “ terangnya dalam acara “Paparan Publik Live” yang diselenggarakan oleh Bursa Efek Indonesia, Senin (24/8/2020).
Djony juga memastikan bahwa keselamatan karyawan selama masa pandemi merupakan prioritas utama. Dan Grup Astra telah mengadopsi berbagai tindakan kesehatan dan keselamatan.
“Kekuatan Grup Astra adalah pada karyawannya, sehingga kami berterima kasih kepada karyawan kami di seluruh Grup yang telah merespon dengan profesionalisme dan dedikasi dalam menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini,” tambah Djony.
Sementara secara financial, pendapatan bersih konsolidasian Grup Astra pada semester pertama 2020 tercatat sebesar Rp 89,8 triliun, menurun 23% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Laba bersih Grup Astra tercatat sebesar Rp 11,4 triliun, atau meningkat 16% dibandingkan dengan semester pertama tahun 2019, termasuk keuntungan dari penjualan saham di Bank Permata.
Tanpa memasukkan keuntungan penjualan ini, laba bersih Grup menurun 44% menjadi Rp 5,5 triliun, terutama karena penurunan kinerja divisi otomotif, alat berat dan pertambangan, dan jasa keuangan, yang disebabkan oleh dampak pandemi COVID-19 dan langkah-langkah penanggulangannya.
Nilai aset bersih per saham pada 30 Juni 2020 sebesar Rp 3.773, meningkat 3% dari nilai aset bersih per saham pada 31 Desember 2019.
Sementara kas bersih, tidak termasuk anak perusahaan jasa keuangan Grup, mencapai Rp 1,4 triliun pada 30 Juni 2020, dibandingkan utang bersih sebesar Rp 22,2 triliun pada akhir tahun 2019, setelah diterimanya hasil dari penjualan saham di Bank Permata pada bulan Mei.
Utang bersih anak perusahaan jasa keuangan Grup Astra meningkat dari Rp 45,8 triliun pada akhir tahun 2019 menjadi Rp 46,4 triliun pada 30 Juni 2020.
“Di setiap bisnis Grup Astra, tingkat utang dan posisi likuiditas dipantau dengan cermat dan langkah-langkah untuk mengurangi risiko operasional dan keuangan dilakukan. Berbagai tindakan juga diambil untuk mengelola biaya dan menjaga tingkat kas, termasuk mengurangi belanja modal dan mengelola modal kerja,” tambah Djony. (JM01)