Surabaya, JATIMMEDIA.COM – Perkembangan ekonomi global tahun 2023 terpantau masih belum ideal dan diprakirakan tumbuh lebih rendah dibandingkan tahun 2022. Hal ini dikarenakan berbagai tantangan yang dihadapi seperti; 1) pelemahan transaksi perdagangan internasional sebagai dampak konflik geopolitik Rusia-Ukraina; 2) gangguan rantai pasok dunia; 3) kebijakan proteksionisme di berbagai negara, serta 4) gejolak perbankan global terutama di Amerika Serikat dan Eropa yang mengganggu stabilitas sistem keuangan.
Hal ini disampaikan Kepala Perwakilan BI Prov. Jatim, Doddy Zulverdi, dalam acara Bincang Bareng Media (BBM), Selasa (6/6/2023)
Meskipun dihadapkan berbagai tantangan, lanjut Doddy, patut disyukuri tidak sampai terjadi resesi global.
“Saat ini masih terdapat ruang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik disertai upaya memitigasi risiko perlambatan ekonomi global,” ujar Doddy pada 65 media yang hadir di acara BBM di kantor KPwBI Prov. Jatim.
Ruang optimisme tersebut, tambah Doddy, sejalan dengan momentum rebound perekonomian Tiongkok yang kembali dibuka setelah pandemi Covid-19, serta melandainya tekanan inflasi global.
BACA JUGA : Pemprov Jatim Menjadi Pengelola Katalog Dengan Etalase Terbanyak Nasional
Di tengah masih tingginya ketidakpastian global, pemulihan ekonomi nasional pada triwulan I 2023 terus berlanjut. Ekonomi Indonesia pada triwulan I 2023 tumbuh 5,03% (yoy), membaik dibandingkan triwulan IV 2022 (5,01%) terutama ditopang oleh perbaikan konsumsi domestik. Tekanan inflasi IHK nasional juga menunjukkan tren penurunan dari 5,51% (yoy) pada tahun 2022 menjadi 4,97% (yoy) pada triwulan I 2023 serta 4,33% (yoy) pada April 2023 dan 4,00% (yoy) pada Mei 2023.
“Kembalinya inflasi domestik pada rentang sasaran inflasi nasional (4,00%, yoy) pada periode Mei 2023, memberikan ruang bagi BI untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi,” tambahnya.
Hal tersebut didukung dengan membaiknya beberapa indikator perekonomian domestik seperti menguatnya cadangan devisa, terjaganya surplus neraca perdagangan, relatif stabilnya nilai tukar Rupiah, serta masih tumbuh positifnya kinerja intermediasi perbankan di Indonesia.
Doddy menjelaskan, dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian tersebut, maka Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 2425 Mei 2023 memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga kebijakan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75%.
BACA JUGA : Perkuat Kolaborasi dengan PT SIER, Bank Jatim Lakukan Penandatanganan MoU dan…
Adapun fokus kebijakan BI diantaranya; 1) memperkuat operasi moneter untuk meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter; 2) memperkuat stabilisasi nilai tukar Rupiah terutama imported inflation melalui intervensi di pasar valas; 3) melanjutkan twist operation melalui penjualan/pembelian SBN di pasar sekunder; 4) Melanjutkan kebijakan transparansi suku bunga dasar kredit (SBDK) dengan pendalaman pada respons suku bunga Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan terhadap suku bunga kebijakan; 5) Perluasan QRIS; dan 6) Memperkuat kerja sama internasional dengan bank sentral dan otoritas negara mitra lainnya.
Halaman selanjutnya: Searah dengan perekonomian nasional….