Surabaya, JATIMMEDIA.COM – Rasa Creami atau creami flavour (rasa makanan, red) menjadi favorit bagi pengguna Vape (Vaporizer) di Indonesia. Hal ini diakui Agung Subroto, selaku ceo dan founder Indonesia Dream Juice (IDJ) dengan legalitas PT Java Vapor Indonesia, produsen yang bergerak di bidang produksi dan distribusi E-liquid untuk Vaporizer.
“Sampai saat ini, creami flavour masih mendominasi penjualan liquid vape,” ujar Agung pada Jatimmedia.com, Kamis (4/3/2021).
Agung juga menjelaskan, vape sebagai alternatif tembakau dengan resiko yang lebih ringan daripada produk tembakau lain (rokok, red), terus mengalami pertumbuhan yang signifikan di Indonesia. Bahkan dimasa pandemi ini, penjualan liquid vape mengalami pertumbuhan.
Baca juga : Mutasi Virus Corona B117 Masuk Indonesia, Gubernur Khofifah Minta Masyarakat Jatim…
“Pertumbuhan penjualan liquid vape selama pandemi ternyata mengalami kenaikan yang cukup baik, dimana dari 2019 ke 2020 kenaikannya mencapai 40 persen, dengan prosentase penyebaran lebih dari 90 persen di pulau Jawa,” lanjut Agung sambil menambahkan bahwa pertumbuhan ini memang jauh dibawah kondisi sebelum pandemi yang mencapai lebih dari 100 persen.
IDJ sendiri hingga saat ini, memiliki sekitar 20-25 flavour (rasa) yang hampir semua disukai oleh vapers di Indonesia, seperti Blondies, Brunette, Cupcorn, Mr Coffee, Una, My Oats, Start, Grillz, Hot Juice, dan Crazy rich.
“Nah produk terbaru kita adalah Latina dan Hexohm Ejuice, yang merupakan kerjasama dengan komunitas Hexohm Indonesia,| tambah Agung.
Baca juga : Kemendikbud Kembali Bagi Kuota Gratis 2021, Ini Penjelasannya
Sementara itu, terkait dengan masalah aman tidaknya Vape yang masih sering jadi perdebatan di masyarakat, Agung menjelaskan bahwa untuk di Indonesia belum ada riset mengenai vape itu sendiri.
“Tapi di luar negri seperti Inggris telah dilakukan riset dan mentri Kesehatan Inggris menyatakan bahwa vape 95% lebih baik dari rokok. Ini riset yang sudah ada,” tambahnya.
Meski demikianAgung juga mengakui bahwa vape sendiri bukan 100% tidak ada bahayanya, tapi menurutnya vape lebih ringan kalau di kompair dengan produk tembakau sejenis atau tembakau lainnya.
Baca juga : Polrestabes Surabaya Siapkan 37 Kamera Tilang Elektronik
“Kalau kita lihat dari vapenya aja itu masih ada resikonya yaa, karena salah satu bahannya adalah nikotin, tapi nikotin dalam kandungan liquid vape sendiri tergolong rendah, dan vape tidak memiliki kandungan TAR,” jelasnya.
Prospek Bisnis Vape Menjanjikan
Melihat perkembangan bisnis Vape kedepan, Agung meyakini akan berkembang sangat baik, terutama setelah masalah legalnya sudah dikeluarkan pemerintah sejak 2018 lalu. Dan ini juga sudah ditunjuukan dengan penigkatan yang sangat drastis atau signifikan meski dimasa pandemi.
Dari sisi industry, lanjut Agung, pihaknya optimis akan berkembang, karena memang untuk produk yg dijual atau produk yg dipakai ini sangat powerfull dan bisa membantu orang berhenti merokok, mengurangi dampak yang tidak sehat bagi mereka. Apalagi banyak juga tenaga kerja yg terserap untuk industry ini. Juga memunculkan industry kreatif baru seperti Influencer, reviewer, dan lainnya.
Baca juga : Bank Jatim Raih Penghargaan Indonesia Best BUMD Awards 2021
“Jadi banyak hal yang membua industry ini semakin kelihatan berdampak ekonomi yg tinggi. Belum lagi pita cukai yang kita bayarkan ke Pemerintah. Kalau gak salah, di 2020 kemarin, Rp 1 triliyun nilainya,” terang Agung. (JM01)